Chapter 50: Lahirnya Raja Drift Baru
Chapter 50: Lahirnya Raja Drift Baru
Peraturan balapan ini gampang. Mereka hanya perlu melalui jalanan gunung ini. Siapa yang paling cepat menuntaskan jalanan ini, dialah pemenangnya. Untuk menghindari kecurangan, ada beberapa orang yang diletakkan di titik-titik tertentu untuk memberi informasi berjalannya pertandingan. Para penonton akan berada di garis akhir.
Randika memasuki garis awal dengan mobil sport milik Hannah. Total ada 9 orang yang mengikuti balapan kali ini, semuanya merupakan mobil rakitan. Meskipun begitu, performa dan kecepatan mereka tidak lebih jelek daripada mobil sport.
Whoa! Whoa!
Penonton mulai bersorak, para gadis mulai menari-nari sambil menggoyangkan dada mereka dan juga banyak yang memasang taruhan. Pemandangan di garis awal ini sungguh liar.
"10 juta buat Nico!"
"Gila apa? Jelas-jelas yang menang itu si kuda hitam Sindu!"
"Sayang sekali Naomi tidak datang, kalau ada perempuan itu pertandingan ini pasti lebih seru."
.....
Orang-orang yang hadir semuanya menikmati dengan cara mereka sendiri-sendiri. Ketika mereka semua asyik bercanda, seorang perempuan membawa bendera putih maju ke tengah jalan.
Pertandingan akan segera dimulai!
Melihat penonton yang begitu banyak, Hannah menjadi gugup. Meskipun dia suka acara seperti ini, dia lebih menikmatinya menjadi penonton bukan seorang pembalap.
Menoleh ke samping, dia melihat wajah Randika penuh dengan keringat!
Bajingan ini gugup?
Saat pertandingan belum dimulai, Nico membuka kaca jendelanya dan berteriak ke Randika. "Siap kalah bocah?"
"Semua peserta harap siap-siap!"
Perempuan itu mengangkat tinggi bendera yang dia bawa, semua mobil menyalakan mesinnya. Di saat bendera itu jatuh, pertandingan resmi dimulai.
"Tiga!"
"Dua!"
"Satu!"
Seketika itu juga, ke-9 mobil langsung memacu mobil mereka dan disusul oleh sorakan para penonton. Namun, pemandangan di depan mereka ini membuat mereka terheran-heran dan bertanya-tanya.
Kenapa mobil sport itu tidak melaju?
Mogok?
Hannah juga tidak tahu mengapa Randika tidak bergerak. "Hei pertandingan sudah dimulai!"
"Santai saja." Ekspresi Randika terlihat tenang. "Tidak seru kalau aku menang terlalu mudah."
Ketika mendengarnya Hannah hanya tersenyum. Pria ini percaya diri atau sudah gila?!
"Hahaha kau sudah gila!" Hannah tersenyum dan mulai menutup matanya. Kepala kakak iparnya ini mungkin terbentur pas dia berkelahi tadi jadi dia merasa bahwa berkendara dengannya merupakan kesalahan terbesar. Dia memasang sabuk pengamannya dengan erat.
Para penonton saling bertanya satu sama lain. "Mobil itu mogok atau apa?" Tanya seorang penonton yang agak gemuk.
Pria di sebelahnya pun menyahut "Aku rasa kuncinya jatuh." Semuanya mulai tertawa.
Perempuan yang mengibarkan bendera juga ikut bingung. Sudah lebih dari 30 detik dia mengibarkan bendera mulai tapi mobil ini masih diam di tempat.
Tiba-tiba, Randika memacu mobilnya dan melesat bagaikan panah.
Melihat bahwa akhirnya mobil terakhir berjalan, salah satu panitia berbicara melalui HT. "Semua mobil di garis awal telah melaju dengan lancar, titik pertama harap bersiap-siap."
Meskipun mereka melaju dengan cepat, Hannah tidak melihat mobil balap lainnya. "Tuh kan, salahmu sendiri aneh-aneh kayak tadi. Kalah kan jadinya kita."
"Santai saja." Kata Randika dengan santai. "Pertandingan sesungguhnya belum dimulai."
Hannah hanya tertawa pahit di dalam hatinya. Memang mobil sport miliknya itu tidak kalah cepat dengan mobil balap lawannya itu tapi itu hanya di jalan yang lurus. Jalanan gunung ini banyak belokkannya dan dia takut bahwa ban miliknya itu tidak akan bertahan hingga akhir.
Selama jalannya penuh dengan belokan, Randika tidak mungkin bisa menang.
"Di sini titik pertama, mobil Nico sudah terlihat dan di belakangnya ada Sindu."
Ketika mendengar hal ini, banyak penonton bersorak.
"Wohooo! Malam ini aku makan enak!"
"Kau pasti bisa Sindu!"
Lalu suara dari HT para panitia kembali terdengar, "Dengan ini 8 mobil sudah lewat dengan aman."
Lalu yang bertugas di garis awal membalasnya. "Hei jumlah mobilnya 9 tahu."
Para penonton yang mendengarnya semua tertawa.
"Hahaha maaf, maaf. Aku belum melihat mobil itu daritadi. Oh? Itu dia!"
"Hahaha mobil itu terlihat buru-buru. Eh? Dia tidak ngerem? Dia mau belok dengan kecepatan penuh?"
Tiba-tiba para penonton menahan napas mereka karena mereka penasaran dengan apa yang terjadi. Mereka menunggu laporan lengkapnya.
"Ya tuhan! Dia melewati belokan tajam tanpa mengerem sedikitpun!"
APA?!
Semua penonton terkejut ketika mendengarnya. "Memangnya bisa belok dengan kecepatan penuh?" Lelucon macam apa itu? Pasti panitia itu lagi mengigau.
Panitia yang berada di titik pertama itu juga tidak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia melihat mobil sport itu melaju kencang sambil mengepot. Bahkan jarak antara mobilnya dan pembatas jalan hanya setipis kertas. Awalnya dia mengira bahwa mobil itu akan lepas kendali tapi nyatanya dia mengepot dengan sempurna tanpa kehilangan kecepatannya!
Hannah yang ada di dalam mobil juga terkejut, dia memandangi Randika dengan wajah kagum.
"Pegangan yang erat." Kata Randika sambil memacu mobilnya lagi. Setelah dua belokan lagi, akhirnya mereka berdua melihat mobil balap lainnya.
"Di sini titik kedua, kami melihat mobil sport itu berhasil menyalip satu mobil dan berusaha menyalip mobil lagi."
Penonton menjadi antusias menunggu kabar mobil sport yang unik itu.
"Mereka memasuki tikungan!"
Penonton menahan napas mereka.
Pada saat ini, Randika sedang mencari kesempatan emas untuk menyalipnya. Setelah mereka tiba di tikungan tajam, mobil tersebut langsung mengepot dan disusul oleh Randika.
"Kedua mobil itu mengepot dan mobil sport itu berhasil mendapatkan sisi dalam dan berhasil menyalipnya!"
Para penonton bersorak! Mereka semua takjub dengan mobil sport itu.
Sekarang mereka penasaran, siapakah yang berada di balik kemudi itu? Bagaimana mungkin mereka tidak pernah mendengar namanya selama ini?
Randika berhasil mengambil celah ketika mobil lawannya itu terlalu luas mengambil haluannya. Terlebih lagi, di saat dia mengepot Randika tidak mengerem sama sekali jadi dia memiliki keunggulan kecepatan.
"Mobil sport itu berhasil menjadi nomor 7!"
Hannah memperhatikan Randika dengan muka terkejut sedangkan Randika masih fokus dengan pertandingan ini. Hanya butuh beberapa belokan saja mereka sudah menyusul sejauh ini.
"Sekarang Nico telah disalip oleh Sindu!"
Penonton tidak terlalu antusias mendengar hal tersebut. Mereka lebih senang mendengar kabar dari mobil sport yang misterius itu.
Saat ini, Randika dihadapi dengan belokan tajam yang membentuk sudut 180 derajat. Mukanya masih tenang ketika melihat rintangan ini sedangkan wajah Hannah semakin pucat karena mobilnya malah bertambah cepat. Belum lagi, di depan mereka ada mobil yang sudah mulai siap mengepot.
Ketika mobil itu mengambil jarak lalu mengepot, Randika menyalipnya dan mengepot dengan sempurna. Mobil lawannya itu hanya bisa melongo melihat Randika yang begitu cepat.
"Luar biasa! Dia lagi-lagi mengepot dengan kecepatan penuh! Dia sekarang ada di posisi ke-6!"
Penonton kembali bersorak.
"Sialan harusnya aku bertaruh orang itu!"
"Siapa sebenarnya orang misterius ini?"
Semua penonton tidak bisa berhenti bertanya-tanya. Seorang dengan keahlian dewa seperti itu belum pernah mereka dengar.
"Hei, kenapa kau hebat sekali?" Tanya Hannah sambil tersenyum. Dia terpukau dengan beragam keahlian Randika. Dia jago berkelahi, jago ngepot dan belum lagi lengannya yang kekar itu!
"Karena seorang pria sejati tidak pernah kabur dari tantangan." Canda Randika. Dia sama sekali tidak menoleh karena dirinya masih harus fokus ke jalanan dan juga, kecepatan mereka sudah mencapai 150 km/jam!
Dari semula yang cuma ada pemandangan gunung, sekarang sosok-sosok mobil balap lainnya telah terlihat. Randika akhirnya bisa melihat mobil yang ada di paling depan meskipun masih ada jarak di antara mereka.
"Yah nanti kalau ini sudah selesai, kau harus menjelaskannya." Kata Hannah sambil tersenyum.
"Sindu dan Nico sudah melewati belokan maut dan mobil-mobil lainnya membuntuti di belakang mereka." Panitia yang bertugas di titik ini melaporkannya melalui HT yang akan didengar oleh semua penonton.
Tak lama kemudian, mobil-mobil lainnya ini akan melewati belokan maut.
Di jalanan gunung ini terdapat beberapa belokan maut yang mematikan. Yang pertama berbentuk huruf 'S', yang kedua jalurnya sangat sempit dan mereka saling berhubungan. Sangat sulit melaluinya dengan kecepatan tinggi. Terlebih lagi, pembatas jalannya rusak dan belum diperbaiki jadi sedikit kesalahan saja maka mobil itu bisa lompat dan jatuh di dasar gunung!
"Mereka semua melambat!"
Para pembalap mulai melambat agar bisa belok dengan aman. Tetapi, hanya ada satu mobil yang tidak melambat sama sekali. Bahkan dia berhasil menyalip 1 mobil dalam prosesnya.
"Orang ini gila!" Kata mobil yang disalip oleh Randika.
Hannah sudah gemetar ketakutan dan Randika masih memasang ekspresi tenang.
"Pegangan!"
Mobil sport Randika memasuki belokan maut tanpa melambat sama sekali.
"Gila sekali saudara-saudara! Mobil sport itu sama sekali tidak menginjak remnya!"
Saat melewati tikungan pertama, Randika malah menyalip mobil di depannya sambil mengepot.
"Mobil itu akhirnya kehilangan kendali! Dia akan jatuh!" Suara panitia itu terdengar panik sekali tetapi dia segera terdiam setelah melihat keajaiban di depan matanya. Di detik-detik terakhir, ban mobil Randika memang sudah melayang di luar pembatas jalan tetapi ajaibnya dia berhasil kembali ke jalan dan melesat lebih cepat lagi.
"Dia. Dia berhasil kembali ke jalan!" Panitia itu benar-benar terkejut melihat pemandangan di depannya. Setelah mobil-mobil lainnya juga berhasil melalui belokan maut ini, dia kembali berkomentar di HT. "Mobil sport itu sama sekali tidak melambat saat melewati belokan maut ini! Gila sekali orang itu!"
"Semua mobil sudah melalui belokan maut pertama. Mobil sport itu menyalip mobil di depannya saat dia mengepot di tikungan kedua dan sekarang berada di posisi ke-4!"
Mendengar hal itu, penonton bersorak kembali dan suasana menjadi heboh.
Mereka semua tahu kengerian yang dimiliki belokan berbentuk 'S' itu, terlebih lagi pembatas jalannya yang sudah rusak itu. Mereka bisa dengan mudah jatuh ke dasar gunung kalau tidak hati-hati. Besar sekali bola orang itu.
Skill drift orang itu sudah sangat tidak masuk akal.
Perempuan yang membawa bendera mulai itu menatap linglung ke arah gunung, dia merasa bahwa mobil aneh itu bisa-bisa juara 1.
Di dalam mobil, Hannah sudah berwajah pucat. Dia tadi sudah merasa riwayatnya akan tamat ketika mobil mereka melayang di udara, dia sampai sudah meminta ampun kepada Tuhan. Kemudian, secara ajaibnya Randika berhasil membawa mobilnya kembali ke jalan dan mereka berhasil mengepot dengan sempurna.
"Jantungku sudah tidak kuat, bisa turunkan aku?" Hannah sudah merasa umurnya berkurang.
Randika menoleh dan tertawa. "Bukankah tadi itu seru?"
Hannah langsung memukul pelan Randika. Awalnya dialah yang harusnya menakut-nakuti Randika malah sekarang dia yang jantungan.
Dia sama sekali tidak tahu kalau Randika jago balapan.
Mobil Randika sudah terlihat di kaca samping mobil yang berada di posisi ke-3.
"Ha? Dari mana bocah itu datang." Kata orang tersebut.
"Mobil sport itu mulai mendekati mobil didepannya, jarak di antara mereka benar-benar dekat." Panitia terus memberikan komentar. Semua orang mulai menahan napas mereka.
"Nico dan Sindu mengalami persaingan yang sengit dan mereka saling menyalip satu sama lain."
"Wow! Posisi ke-3 mulai mengepot disusul oleh posisi ke-4." Panitia itu langsung berdiri karena dia tahu bahwa posisi ke-4 adalah mobil sport yang misterius itu.
Belokan maut kedua ini tidak terlalu tajam seperti sebelumnya tapi jalan yang dimilikinya sangat sempit jadi sangat susah untuk menyalip dari sini. Randika berusaha menyalipnya ketika mengepot, tetapi dia dihalangi dengan sempurna oleh lawannya itu. Lawannya kali ini bukan amatiran.
Randika terpaksa menginjak rem dan mengekorinya.
"Ohhhh mobil sport itu tidak bisa menyalip karena jalurnya tertutup sempurna oleh mobil di depannya!"
Sebenarnya lawannya itu melakukan tindakan kotor, di saat dia mengepot dia mengambil ruang 2 mobil yang memperlambat mobilnya. Jadi selain menutup jalur, dia juga memaksa Randika untuk mengerem. Tetapi karena ini balapan liar, semua cara bisa dipakai asalkan tidak membahayakan nyawa.
"Berengsek sekali orang itu!" Hannah mengerti niatan mobil di depannya itu.
"Pegangan!" Kata Randika dengan nada dingin.
"Belokan maut ketiga sudah terlihat dan Nico serta Sindu mulai melambat."
Tak lama kemudian, Randika dan mobil satunya juga sampai di belokan maut ini.
Belokan maut ini mirip huruf 'M', jalur lurusnya sangat pendek dan tiga tikungannya sangat tajam. Meskipun ada pembatas jalan di tiap sisi jalan, jika mobil menabraknya terlalu cepat maka dia bisa berguling tanpa henti.
Mobil di depan Randika mulai melambat karena tikungan pertama sudah terlihat.
Sekarang!
Mata Randika bersinar dan dia menginjak pedal gas kuat-kuat. Mobilnya berbelok dengan kecepatan penuh dan menabrak mobil depannya itu!
Mobil itu langsung kehilangan kendali dan berputar-putar. Pengemudinya memutuskan untuk mengerem kuat-kuat namun hal itu justru membuat kendali mobilnya tidak terkendali dan akhirnya menabrak pembatas jalan. Dia cukup beruntung bisa selamat.
Randika di lain sisi berhasil mengepot dengan sempurna. Dia memanfaatkan tubrukan itu untuk memperbaiki posisi mobilnya dan melesat kembali.
"Buset mobil sport itu menabrak mobil di depannya saat mereka mengepot dan berhasil menyalipnya!"
Hannah menatap Randika dengan kengerian di matanya. Kalau saja mobil depan mereka itu tidak mengerem setelah tabrakan, mobil mereka berdua mungkin sudah berada di dasar gunung.
"Eh bukankah sudah kubilang jangan menabrakan mobilku!" Kata Hannah sambil tersenyum.
"Pilihannya itu atau kita berdua jatuh ke dasar gunung." Kata Randika dengan santai. "Mobilmu tidak begitu lecet kok jadi tenang saja.
Huh!
Ekspresi Hannah menjadi cemberut dan dia memalingkan wajahnya. Enak sekali dia bilang, ini kan bukan mobilmu!
"Mobil sport itu dengan cepat menyusul Sindu dan Nico!"
"Ya ampun mobil sport itu mengepot dengan kecepatan penuh lagi!"
"Wow dia berhasil tepat di belakang Sindu dan Nico!"
Nico lalu melihat kaca di sampingnya itu dan menyadari bahwa Randika tepat di belakangnya. Dia cukup terkejut karena dia tahu bahwa mobil Randika itu mulai terlambat sekitar 30 detik setelah mereka semua melaju.
"Bajingan dia sudah di sini?" Nico mengerutkan dahinya.
Ketika mereka bertiga sudah berada di jalur lurus, ketiga mobil ini membentuk garis lurus dengan jarak yang sangat dekat.
Sindu, yang berada di tengah, terkejut melihat mobil sport yang tidak pernah dia lihat sebelumnya selama pertandingan ini.
Jarak antara mereka bertiga sangat dekat, dan Randika masih belum menemukan kesempatan menyalip yang dia tunggu. Ketika mereka sampai di belokan, mereka bertiga mengepot bersama. Saat Randika ingin menyalip Sindu, dia tidak diberi kesempatan sama sekali.
"Belokan maut keempat sudah ada di depan mata! Lima belokan tajam!"
"Oh? Mereka bertiga tidak melambat sama sekali! Mereka akan melewatinya dengan kecepatan tinggi?!"
Nico terus memantau kedua mobil di belakangnya, dia benar-benar khawatir akan kalah. Oleh karena itu, dia harus mencobanya.
Sindu, yang melihat Nico sama sekali tidak melambat, juga tidak melambat sama sekali. Dia sudah latihan berpuluh-puluh kali melewati belokan ini dengan kecepatan tinggi.
Belokan maut keempat ini benar-benar menguji keahlian pengemudi ke tingkat ekstrimnya, bahkan pembalap profesional pun akan kewalahan. Terlebih lagi, jika mereka tidak mengurangi kecepatan maka kecelakaan pasti tidak terhindarkan.
Ini dia!
Randika tidak melambat sama sekali dan tikungan pertama sudah terlihat di depan mata.
Menginjak pedal gasnya, dia mengepot dengan mengambil jalur luar. Dia dengan sempurna mengepot dengan ban mobilnya yang melayang.
"Melayang, mobilnya melayang!" Panitia itu tidak dapat percaya dengan apa yang dilihatnya. "Ketiga mobil itu berhasil melewati tikungan pertama dan mobil sport itu bahkan mengepot di luar jalur!"
Para penonton mendengarkannya dengan seksama, takut kelewatan.
Randika sukses menyalip Sindu di tikungan pertama, dia berhasil memanfaatkan momentum ngepot Sindu itu dan menyalipnya.
"Mobil sport itu berhasil mengambil posisi ke-2 dan sekarang tepat berada di belakang Nico. Tapi mereka segera berhadapan dengan tikungan kedua."
Keahlian mengepot Nico sungguh bagus, tetapi kali ini dia mengepot tidak sempurna karena terlalu jauh mengambil haluan. Yang mengejutkannya adalah mobil Randika yang mengepot di bagian dalam! Mereka sekarang mengepot berdampingan!
Sebelumnya Randika memanfaatkan jalur luar untuk menyalip Sindu sekarang dia mengambil sisi dalam untuk menyalip Nico. Randika berhasil mengapit Nico tetapi tikungan ketiga langsung menunggu mereka.
"OHHH!! Mobil sport hampir berhasil menyalip Nico dan sekarang mereka melaju berdampingan! Tikungan ketiga sudah di depan mata!"
Kali ini, Randika sudah berada di jalur dalam jadi dia memiliki keunggulan. Dia tersenyum ketika mengepot untuk yang ketiga kalinya.
Sama seperti sebelumnya, dia mengepot dengan kecepatan tinggi namun tetap berhasil mempertahankan posisinya dengan sempurna. Sedikit demi sedikit mulai tercipta jarak di antara dia dan Nico, Randika akhirnya berada di posisi pertama!
"WOW mobil sport itu berhasil menyalip dan sekarang berada di posisi pertama!"
Semua penonton bersorak, mereka tidak percaya dengan apa yang mereka dengar. Mobil yang awalnya dikira mereka mogok itu sekarang telah menjadi posisi pertama. Benar-benar suatu keajaiban! Tapi pertandingan belum selesai.
Setelah melalui belokan maut keempat ini, belokan maut terakhir menanti mereka di mana itu sudah dekat dengan garis akhir.
Wajah Nico mulai menjadi pucat. Dia menatap takjub pada mobil yang ada di depannya itu. Dia berusaha menyalipnya lagi tapi itu merupakan hal yang percuma, mobil depannya itu tidak memberikan kesempatan sama sekali. Dan akhirnya Randika meninggalkan jauh Nico dan menyelesaikan lomba ini dengan status juara pertama.
"Keren bukan?" Randika menoleh ke Hannah yang memasang muka terpukau.
Awalnya dia pesimis Randika bisa memenangkan pertandingan ini tetapi lihat di mana mereka sekarang!
Bukankah tadi kita mulai lebih lambat daripada mereka semua? Dan sekarang mereka ada di posisi pertama!
Hannah terkejut, para pembalap terkejut, semua orang terkejut!
Orang yang mengibarkan bendera di garis akhir terkejut ketika dia melihat timer yang dia pegang. Dia lalu mengumumkan hasilnya melalui HT. "25 menit dan 14 detik."
APA!
Semua yang mendengarnya benar-benar terkejut, Randika hanya perlu waktu 25 menit 14 detik untuk menyelesaikan jalur gunung ini? Dia masih manusia atau bukan?
Waktu terbaik yang pernah tercatat adalah 29 menit dan 49 detik, itupun dilakukan oleh legenda balap gunung ini yang bernama Bintang. Bahkan tadi Randika tidak memacu mobilnya ketika bendera mulai berkibar, kalau dia tidak melakukan itu mungkin waktunya bisa 20 menit!
Setelah beberapa saat, salah satu panitia mengambil handphonenya dan menelepon seseorang.
"Kak Bintang, rekormu terpecahkan."
"Oh? Berapa catatan waktunya?" Tanya Bintang penasaran.
"25 menit dan 14 detik."
"Ha? Mustahil!" Bintang yang sudah dianggap raja drift oleh orang-orang tidak percaya dengan perkataan orang itu.
"Dia sebelumnya tidak bergerak selama 30 detik di awal." Orang ini benar-benar tidak habis pikir dengan keajaiban yang dilihatnya. Benar-benar absurd!
THIS CHAPTER UPLOAD FIRST AT NOVELBIN.COM